Menulis Autobiografi ala Pak Parno
Menulis merupakan salah satu jenis keterampilan. Seseorang akan terampil menulis jika setiap saat diasah. Ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa menulis itu bakat. Menurutku itu salah, karena setiap orang pasti bisa menulis. Setidaknya sejak SD, anak-anak telah diajari cara menulis dengan baik. Bahkan oleh gurunya, anak-anak diajari banyak hal tentang ragam tulisan. Salah satu jenis ragam tulisan adalah autobigrafi.
Pada kegiatan belajar menulis kali ini kita ditemani oleh seorang kepala sekolah salah satu SMP di Magetan. Beliau adalah Bapak Suparno, S.Pd.,M.Pd. Saya lebih senang memanggil beliau Pak Parno. Pak Parno akan membagikan pengalamannya menulis autobiografi. Menurutnya, autobiografi berasal dari kata autobiography yang berarti riwayat hidup yang ditulis sendiri. Lantas, Pak Parno itu siapa sih?
Pria asli Magetan 54 tahun lalu adalah warga Desa Pojoksari RT 21 RW 3 Kecamatan Sukomoro Kab Magetan. Pak Parno sudah menjalani profesi sebagai guru sudah 25 tahun dan menjadi kepala sekolah sudah 5 tahun. Beliau akan purnabakti pada tahun 2026.
Meskipun sudah berusia lanjut, guru berprestasi tingkat Kabupaten Magetan ini tetap meninggalkan jejak literasi. Beberapa jejak literasi yang pernah diterbitkan antara lain:
1.
Perjuangan Hidupku,
2019
2.
Pranatacara lan Pamedhar Sàbda
3.
Potret Desa Pojoksari
4.
Permasalahan BK
di Sekolah
5.
Catatan harian seorang Kepala Sekolah
6. Catatan Kepala Sekolah.
Beliau merasakan banyak manfaat
dengan menyusun biografi. Beberapa manfaat biografi antara lain:
ü Mengabadikan riwayat hidup kita, sehingga kalau kita sudah meninggal anak cucu kita,
akan mengetahui bahwa kakeknya dulu semasa hidup di
dunia ceritanya begini
ü Dari pengalaman yang baik pada diri kita bisa menjadi pembelajaran bagi orang-orang setelah kita,
sehingga menjadi ilmu jariyah bagi kita
ü Menjadi motivasi berprestasi bagi kita, karena suatu saat ingin menambahkan
riwayat hidupnya menjadi cerita berprestasi lainnya
ü Rugi jika segudang prestasi yang anda miliki kalau tidak dituliskan akan lenyap ditelan zaman
Bagaimana cara memulai
menulis biografi ? Beliau menjelaskan bahwa untuk dapat membuat biografi maka awali dengan membaca
biografi orang orang ternama, maka kita
akan terinspirasi mengenai gaya penulisannya, lay outnya, dan cerita-cerita yang ditulisnya.
Setidaknya bacalah dua buku biografi, lebih banyak lebih
baik sehingga kita bisa membandingkan di atara keduanya.
Sebelum membuat autobiografi,
beliau membaca buku biografi Chairul Tanjung yang berjudul “Si Anak Singkong”.
Kemudian membaca buku kepunyaan teman kepala sekolahnya yang berjudul
“Transformasi Kehidupanku”. Menulis autobiografi itu menulis apa yang kita lakukan, sedangkan
menulis novel itu menulis apa yang kita khayalkan atau fiksi.
Di sisi lain menulislah apa yang
kita kuasai, menulislah yang disuka. Karena yang disuka dan dikuasai
maka kualitas tulisan menjadi lengkap, detail dan berbobot, sehingga kegiatan itu
dilakukan secara terus menerus sehingga pekerjaan menulis cepat selesai.
Masih menurut
beliau bahwa seorang penulis itu adalah
orang hebat dan luar biasa. Pemikirannya melampaui kebanyakan manusia.
Penulis itu mempunyai pengetahuan yang dalam sedalam samudra, memiliki wawasan yang luas seluas jagad raya.
Oleh karena itu penulis hebat
pasti memiliki kegemaran membaca. Sebagai contoh JK Rowling, penulis buku Harry Potter sejak masa kanak-kanak
sudah menjadi kutu buku, karena difasilitasi oleh orang tuanya. Pada usia
11 tahun sudah menulis buku. Penulis itu kadang dianggap
sebagai orang aneh. Kadang rela baju sedikit, rumah sederhana, mobil sederhana,
tapi buku banyak.
Setelah membaca buku biografi tokoh
lain, penulis bisa mencoba menulis biografi dirinya atau autobiografi.
Selanjutnya mintakan pendapat teman untuk diperiksa dan diedit jika masih perlu
perbaikan lebih lanjut. Setelah dirasa sudah final, kirimkan naskah ke penerbit
untuk diterbitkan. Pilihlah penerbit yang tidak terlalu sulit dalam menerbitkan
buku.
Di dalam autobiografi tidak usah
mencantumkan daftar pustaka, karena berisi riwayat pengalaman hidup pribadi.
Seperti halnya novel juga tidak perlu mencantumkan daftar pustaka, karena
termasuk cerita fiksi yang lahir dari daya imajinasi penulis.
Dalam kesempatan terakhir
pemaparannya, Pak Parno menjelaskan beberapa kriteria buku biografi yang baik,
antara lain: selesai dituliskan dan diterbitkan, mempunyai nilai edukatif, dan
menginspirasi pembaca untuk mengambil keputusan yang membuat dia melakukan terbaik
tindakan dan perilakunya.
Demikian pemaparan singkat dari Pak
Parno tentang teknik membuat biografi atau autobiografi. Semoga dengan
pencerahan dari beliau, kita bisa mencoba untuk menyusun biografi sendiri.
Komentar
Posting Komentar