Cikgu Tere: Bukan Guru Biasa

 


Narasumber: Theresia Sri Rahayu, S.Pd.SD

 

Malam ini tanggal 30 Oktober 2020 bertepatan tanggal 14 Rabiul Awal 1442 H udara di kampungku sangat dingin dan terasa menusuk ke rongga dada terdalam. Desiran angin malam dan rintik hujan menambah syahdu suasana Jumat malam ini. Sembari menikmati dingin malam ini, saya kupas dua suing bawang merah guna membaluri tubuh buah hatiku. Alisha di sulung malam itu kurang enak badan dan sedikit batuk. Tafa’ulan (mengikuti:red) dengan tradisi nenek moyang yang memanfaatkan bawang merah untuk pengobatan tradisional. Berharap keadaan putriku tersebut membaik dan dapat tidur dengan nyaman tanpa terganggu batuk. Selepas kubaluri seluruh tubuhnya, kuminumi dia obat batuk hitam yang biasa kupakai untuk mengobati sakit batuk anak-anak.

Setelah kedua buah hatiku tertidur bersama sang bunda, saya bersiap mengikuti kuliah online pelatihan menulis yang saat ini sudah memasuki sesi kedua belas. Saya penasaran siapa yang akan menjadi narasumber kita malam ini. Karena dari sore gawai kesayanganku dicharge. Ketika saya buka, Om Jay sang empunya pelatihan ini sudah memperkenalkan narasumber. Ternyata narasumber kita malam ini bernama Ibu Theresia Sri Rahayu, S.Pd.SD. Seorang guru SDN Waihibur Sumba Tengah Nusa Tenggara Timur. Cikgu Tere adalah panggilan akrabnya. Orangnya masih muda, setahun lebih tua dariku, geulis pula. Menambah semangat saya mengikuti pelatihan ini.

Selain cantik, Cikgu Tere juga sarat dengan berbagai prestasi di bidang pendidikan. Guru kelahiran Kuningan 36 tahun lalu ini setidaknya memiliki 25 prestasi mentereng baik di tingkat kabupaten seperti juara 2 Lomba GTK berprestasi tingkat Kab. Bandung Barat tahun 2014, tingkat provinsi juara 1 OGN tingkat Provinsi NTT tahun 2018, tingkat nasional sebagai finalis OGN tahun 2018, finalis lomba alat peraga matematika sederhana tahun 2018, bahkan tingkat internasional sebagai finalis Course of Developing Lesson Study for Primary Mathematics Teacher tahun 2019. Dan pengalaman yang paling membanggakan menurutnya adalah menjadi duta Indonesia bersama guru-guru berprestasi lainnya mengikuti short course ke China tahun 2019.

Sambil menyeterika baju anak-anak dan menikmati lantunan qasidah mauled Ad Diba’I yang dibacakan di masjid depan orang oleh pemuda-pemuda masjid, saya tetap memperhatikan detail sharing pengalaman Cikgu Tere kepada peserta pelatihan. Sebagai permulaan Cikgu Tere memperkenalkan diri dengan menyebut dirinya Cikgu Tere sebagaimana alamat blog pribadinya https://www.cikgutere.com.

Malam ini Cikgu Tere mengangkat topik “Bukan Guru Biasa". Topik ini Cikgu sampaikan kepada Om Jay, ketika Om Jay memintanya untuk berbagi pengalaman kepada kita  terkait proses penulisan dan penerbitan buku. Mengapa Cikgu mengangkat topik, "Bukan Guru Biasa?" Karena menurutnya, kita semua yang mengikuti kegiatan pelatihan belajar menulis malam hari ini adalah guru-guru yang hebat dan luar biasa. Bahkan, layak menyandang predikat, "Bukan Guru Biasa".

Saat ini, kita berada dalam masa pandemi. Di mana kita dipaksa untuk beradaptasi dengan segala bentuk perubahan. Dan pada setiap perubahan itu, pasti kita akan mengalami situasi yang tidak nyaman. Akibat dari ketidakbiasaan tadi. Banyak guru di luar sana yang memilih untuk menyerah pada keadaan, dibandingkan dengan menciptakan situasi baru atau keluar dari situasi yang dianggapnya tidak nyaman. Hal ini tentunya akan menjadikan situasi pandemi saat ini sebagai sebuah masalah atau bahkan musibah.

Namun, tak sedikit juga, guru yang justru menemukan berkah di balik musibah. Yang tadinya tidak mengerti dengan pembelajaran daring berbasis teknologi, sekarang sudah piawai menyelenggarakan kelas online. Bahkan bisa mengajari rekan guru yang lain. Yang tadinya tidak bisa menulis buku, sekarang bisa menulis buku. Dan masih banyak kisah sukses lainnya.

Cikgu Tere juga pada awalnya merupakan seorang guru yang kebingungan dengan kondisi seperti saat ini. Sampai akhirnya, Cikgu bergabung dengan grup WA pelatihan belajar menulis gelombang 4. Saat itu Cikgu juga tergabung dengan Pak Brian di grup yang sama. Selama mengikuti kegiatan belajar menulis di gelombang 4, Cikgu mendapat banyak sekali ilmu pengetahuan dan bekal keterampilan terkait dunia menulis.

Dari semula menulis resume sebagai rangkuman materi belajar, sampai menulis artikel untuk lomba, dan bahkan menulis bacaan  untuk dimanfaatkan dalam pembelajaran. Dan menulis buku untuk berbagai kepentingan.

Banyak proses yang dilalui untuk dapat menulis artikel dan bahkan buku. Perlu jam terbang, konsistensi, dan kesadaran dari kita masing-masing. Cikgu Tere sendiri senang menerima tantangan yang diberikan oleh para narsum, seperti Bunda Lilis Sutikno yang menantang agar jadi peresume tercepat dan menulis buku dalam waktu seminggu bersama Prof. Richardus Eko Indrajit dan Penerbit Andi.

Terkait jam terbang, ini adalah hal yang paling penting bagi seorang penulis. Terutama untuk mencegah terjadinya writer blocks atau kebuntuan dalam menulis. Bagi para penulis pemula, hal ini pasti sering terjadi. Apalagi jika kita termasuk orang yang menulis dengan mengandalkan mood atau suasana hati. Menulis harus dilakukan di mana saja, kapan saja dan bagaimana saja caranya. Agar jam terbang kita terus meningkat.

Beberapa hari ini, Cikgu Tere mengamati gaya menulis kita. Banyak di antaranya yang sudah sangat baik dalam menulis. Alurnya jelas dan kalimat-kalimatnya rapi sehingga paragraf pun menjadi padu dan akhirnya resume pun menjadi enak untuk dibaca karena isinya mengalir.

Cikgu meyakini, jika kita telah menyelesaikan kegiatan pelatihan ini, kita pasti dapat menulis buku karya sendiri dengan baik. Khusus untuk menulis buku, Cikgu Tere membagikan pengalamannya dalam menulis buku yang dirangkum dengan kata IDOLA.

I = Identifikasi topik menarik

D = Daftar semua judul luar biasa

O = Outline terperinci akan membantu

L = Lanjut menulis isi bab

A = Atur layout sesuai permintaan penerbit

Terkadang, keluarga dan sahabatnya heran karena Cikgu Tere selalu sibuk ini dan itu. Seringkali Cikgu menghabiskan waktu berjam-jam untuk menulis. Bahkan sampai lembur. Namun, baginya hal ini adalah hal yang biasa. Karena passion Cikgu Tere memang menulis. Mengapa Cikgu tertarik mengikuti kegiatan belajar menulis? Berikut ini adalah beberapa alasannya :

1.     Melakukan hobi (hobinya adalah menulis. Sejak kelas 3 SD, Cikgu sudah menulis cerita dan bahkan buku sederhana yang dikliping / tidak diterbitkan)

2. Mengupgrade skill menulis (bergabung dengan penulis lain, membuatnya terus termotivasi untuk belajar jurus-jurus baru dalam menulis)

3.  Mengekspresikan diri (menulis adalah sarana menuangkan ide atau pemikiran yang sangat produktif. Kita bebas menjadi siapa saja dan menggali imajinasi kita seluas-luasnya)

4. Jembatan meraih prestasi. (Menulis mendatangkan banyak manfaat, di antaranya berbagai apresiasi sebagai bonus dari menulis. Contoh apresiasi yang Cikgu terima adalah: blogger inspiratif, penulis cerita)

Hal ini merupakan pencapaian terbesar dalam hidupnya, terlebih ketika Cikgu Tere sudah menjadi seorang guru. Dan terutama di masa pandemi seperti saat ini. Berkat menulis di blog, keterampilan menulis Cikgu terus menerus terasah dan pada tanggal 1 Oktober 2020, Cikgu Tere mendapat apresiasi dari Direktorat Jenderal Pendidikan Sekolah Dasar Kemdikbud sebagai Kreator Konten Artikel Terbaik dalam Lomba Pancasila Bakti 2020. Hadiah yang diterimanya sangat besar yaitu 10 juta rupiah, dalam bentuk media pembelajaran. Apakah pernah terbayangkan ketika tulisan kita hanya sebanyak 3-4 halaman dibayar dengan nominal seperti di atas ? Luar biasa sekali, bukan ?

“Om Jay sering mengatakan bahwa kita harus menulis setiap hari karena akan mendatangkan keajaiban”



Buku-buku karya Cikgu Tere

Cikgu Tere sudah merasakannya. Banyak sekali manfaat jika kita menulis dengan konsisten. Beberapa kali Cikgu Tere lolos seleksi lomba tingkat nasional, salah satunya karena ada jejak digital melalui tulisan di media sosial dan blog. Ketika panitia lomba ingin mengetahui profilnya, mereka cukup mengetik nama Cikgu Tere di browser. Lalu, mereka akan mendapat semua informasi yg diinginkan.

Inilah pentingnya personal branding

Tidak ada seorang penulis yang langsung besar. Semua berawal dari penulis yang kecil dulu. Namun lama kelamaan karya tulisnya akan dihargai orang, asalkan, dia terus konsisten dalam menulis. Bisa di blog maupun di media sosial. Dan tak kalah pentingnya, bersikaplah terbuka dan positif terhadap saran serta kritik dari para pembaca. Berlakulah sebagai pembaca tulisan kita sendiri ketika sudah selesai menulis, agar kita berlatih objektif. Sehingga tulisan akan tetap terjaga kualitasnya.

Kesimpulan dari apa yang dibagikan oleh Cikgu Tere adalah untuk dapat memantaskan diri menjadi bagian dari "Bukan Guru Biasa", hendaklah kita selalu melakukan 3 B yaitu: Belajar, Berkarya, Berbagi. Cari ilmunya, tuangkan lewat karya nyata, dan bagikan karya tersebut hingga dapat menginspirasi orang lain.

Memang luar biasa Ibu guru cantik satu ini. Tak terasa 2 jam mengikuti pemaparannya sangat menginspirasi kita. Memang saat ini, saya masih tergolong guru biasa. Namun, saya berusaha untuk menjadi “Bukan Guru Biasa”. Bukti bahwa saya sedang menuju “Bukan Guru Biasa” antara lain: selain sebagai guru, saya juga merangkap sebagai bendahara BOS di sekolah. Dan sekolahku pun sering dijadikan sampel oleh Inspektorat sebagai sekolah yang tata kelola keuangannya baik. Administrasi keuanganku dijadikan rujukan sekolah se-kecamatan.

Selain bendahara BOS, saya merupakan satu-satunya guru di sekolah yang paling sering diberi amanah untuk mengikuti berbagai pelatihan. Saya tak segan untuk membagikan ilmu yang kuperoleh dari pelatihan kepada teman-teman guru di sekolah dengan tujuan mereka mendapatkan pula manfaat dari ilmu yang kubagikan.

Benar kata Cikgu Tere pada saat pandemi ini kita memang harus bisa segera beradaptasi dengan keadaan. Pengetahuanku yang tidak terlalu dalam perihal pembelajaran daring pun saya ajarkan ke teman-teman. Mulai dari pemanfaatan google classroom, google meet, zoom meeting saya berikan secara cuma-cuma kepada mereka. Saya juga mengajarkan cara menyusun Daftar Usul Penetapan Angka Kredit kepada teman-teman, terkhusus kepada beberapa CPNS yang ada di sekolahku untuk kepentingan kenaikan pangkat mereka.

Dalam organisasi PGRI, posisi sebagai sekretaris cabang PGRI Tegal Barat Kota Tegal menuntut saya untuk bertindak aktif untuk menampung berbagai aspirasi dari anggota. Saya pun tak segan-segan untuk turun ke setiap ranting bersilaturrahmi setiap bulan. Saya menerima berbagai macam keluh kesah anggota dan masukan dari teman-teman ranting untuk kemajuan guru-guru di Kota Tegal. Dan, Alhamdulillah apa yang telah saya kerjakan selama 3 tahun menjadi sekretaris di Tegal Barat berbuah manis. Dalam Konferensi Kota PGRI Tegal yang diselenggarakan pada bulan Februari 2020, saya mendapat apresiasi dari peserta Konferensi Kota untuk menjadi Wakil Sekretaris PGRI Kota Tegal masa bakti XXII periode 2020-2025. Semoga amanah ini dapat saya jalankan dengan baik sampai akhir periode.

Itulah beberapa proses yang telah saya lakukan agar bisa menjadi “Bukan Guru Biasa”. Dan semoga selepas pelatihan ini, saya bisa mewujudkan salah satu mimpiku yaitu bisa membuat buku dan menerbitkannya. Saya berkeinginan mendedikasikan buku yang nanti saya buat untuk organisasiku tercinta, PGRI Kota Tegal. Amin…

Komentar

  1. Resume lebgkap, informatif, dan tanpilan menarik. Reaume ceoat selsai wapupun kesibukan sworang ibu..... Ibu guru dab ibu yang hebat

    BalasHapus
  2. Maaf Mb Ida, saya bukan ibu, saya bapak lho... hehehehe...

    BalasHapus
  3. mantap, lengkap.
    salam dari Bali
    Bli Made

    BalasHapus
  4. Wah mantaaap pak menjadi iron man juga membantu bundanya anak2... ini yg bukan guru biasa eh bukan ayah biasa hehe... resumenya juga keren pak...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ah BU Tini biasa aja gitu, memang kita juga harus membantu tugas2 isteri.Kasihan perempuan sudah berjuang keras, masa kita kalah dengan mereka

      Hapus
  5. 1. Saya kagum krn sdh menjadi suami siaga.
    2. Resumenya bagus dan lengkap
    3. Openingnya sy suka... Lembut sejali untuk mengantarkan pembaca pd inti bacaan... Selamaaat

    BalasHapus
  6. Luar biasa, Pak. Saya yakin bhw Bpk memang bukan guru biasa. Di tengah kegelisahan akan kondisi putranya, Bpk masih berjuang menyimak pemaparan dan akhirnya menghasilkan karya berupa resume yg dituliskan di blog ini. Terus semangat ya, Pak. Ukirlah setiap jejak langkah Bpk sbgai pengurus PGRI melalui media blog. Agar semakin bnyk guru terinspirasi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih cikgu atas saran dan motivasi yg diberikan. Saya bersyukur bisa bersama orang2 hebat. Semoga saya ikutan menjadi orang hebat juga

      Hapus
  7. Resume nya sudah bagus, lengkap, dan rapi pak.

    BalasHapus
  8. Mas ubay memang bukan guru biasa... Mantap resumenya. Dan semoga putrinya sehat kembali. aamiin

    BalasHapus
  9. Amin matur suwun atas saran dan masukan, semoga bisa menulis lebih baik lagi sedulur

    BalasHapus
  10. Resumenya lengkap dan mengena tampilan blognya keren

    BalasHapus
  11. Resumenya manis, Pak Ubed. Lengkap dan enak dibaca. Terlebih dielaborasi dengan pengalaman pribadi membuat semakin inspiratif. Sedikit saran untuk swasunting jika diterbitkan jadi buku, yaitu penulisan kata asing. Tabik. 🙏

    BalasHapus
  12. Iya makasih sarane p Domo, saya suka saya suka kalo ada yg kasih masukan jdi bisa utk perbaikan lebih lanjut

    BalasHapus
  13. Resume yang bagus, dikemas dengan cerita pribadi, semangat pak. Ditunggu kunungan ke rumah, maaf telat resum ku

    BalasHapus
  14. Keren Pak Ubay resum dan tapilannya

    BalasHapus
  15. wuiihhh, blog batiknya udah direformasi ya mas Ubay... yg ini lebih cool. So far so good.

    BalasHapus
  16. Bagus p ubaid,, sekretaris pgri cabang super sibuk,, sukses

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menumbuhkan Budaya Literasi di Bulan Ramadan melalui Akram

Koordinasi persiapan Resuffle Pengurus KKG PAI SD Kota Tegal

Sepak Terjang sang Wartawan Bangkotan