Di balik Layar Pengelolaan Penerbitan Buku
Rasa-rasanya pekan
ini kita dimanjakan oleh salah satu perusahaan penerbitan buku yang sudah
melang melintang di dunia penerbitan buku, yaitu Penerbit ANDI Offset
Yogyakarta. Pertemuan lalu kuliah kita dinarasumberi oleh Direktur Penerbitan
ANDI Offset Yogyakarta, yaitu Bapak Joko Irawan Mumpuni. Sedangkan malam ini
kita kedatangan tamu istimewa, yaitu Bapak Edi S. Mulyanta. Beliau salah satu
kolega Pak Joko dari Penerbit ANDI. Jabatan Pak Edi adalah manajer operasional
penerbitan ANDI Offset.
Peserta sangat
senang dan bahagia karena berkesempatan melihat dapur penerbitan ANDI Offset. Dua
hari lalu Pak Joko mengupas tuntas tentang jenis-jenis buku yang beredar di
pasaran dan prosedur penerbitan buku di perusahaan ini.
Sementara Pak
Edi menyambung materi pertemuan lalu. Beliau berbagi pengalamannya mengelola
penerbitan buku. Beliau mempunyai tugas yang tidak ringan, yaitu mengamati tren
konten buku yang tersebar di pasar. Lalu memberikan resume tema yang menarik di
pasaran saat itu.
Setelah meresume,
beliau memetakan pesaing dan menargetkan penulis yang menjadi sasaran. Langkah selanjutnya
yaitu menemukan penulis yang mempunyai kompetensi sesuai tren yang sedang
dipelajari.
Kadang-kadang
penerbit tertinggal informasi dibanding penulis, karena penulis mempunyai
insting yang lebih tajam dari pada penerbit. Hal yang menarik adalah penerbit hanya
belajar dari data-data histori pemasaran. Sedangkan penulis sudah melangkah
lebih jauh dan mampu memprediksi tren yang akan berkembang kemudian.
Penulis
menguasai konten, sedangkan penerbit menguasai data pemasaran. Langkah yang
dilakukan adalah melakukan link and match
antara data history dan data trend ke depan. Inilah pentingnya komunikasi yang
harus dijalan antara calon penulis dengan calon penerbitnya, karena keduanya terkadang
dalam cara pandang yang berlainan. Ketika komunikasi kedua pihak berjalan dengan
baik, maka buku yang diterbitkan akan laku di pasaran. Dan tidak menutup
kemungkinan menjadi best seller.
Penulis
memerlukan media untuk menyampaikan maksud dan tujuannya menerbitkan buku. Hal
ini yang menjadi kunci keberhasilan untuk dapat masuk ke dunia penerbitan, yang
memang di samping masalah pasar yang diperhitungkan, ada masalah idealisme yang
dipegang oleh penerbit. Setiap penerbit mempunyai idealisme masing-masing,
terkadang penerbit secara alamiah akan tersegmentasi dalam kemampuan menelaah
materi dan cara menjualnya.
Penerbit ini
tergabung dalam organisasi yang diakui oleh pemerintah yaitu IKAPI (Ikatan
Penerbit Indonesia) dan APTI (Asosiasi Penerbit Perguruan Tinggi). Penerbit ini
yang secara hukum diperbolehkan mengeluarkan ISBN di bawah Perpustakaan
Nasional. IKAPI pemainnya adalah penerbit dan percetakan murni mencari keuntungan,
sedangkan APTI adalah tandingannya yang lebih mementingkan kualitas terbitan
yang sesuai dengan keilmuan kampus lembaga pendidikan tinggi.
Secara Industri,
IKAPI lebih mudah bergerak di pasar, karena genre terbitannya sangat luas dan
mudah diterima berbagai khalayak. Berbeda dengan target market APTI yaitu untuk
lembaga pendidikan tinggi yang menekankan pada Tridarma Perguruan tinggi
Segmentasi
anggota IKAPI terjadi secara alamiah, hal ini diperlukan oleh calon penulis
untuk dapat memutuskan ke mana calon tulisannya dapat dilabuhkan. Karena
anggota IKAPI yang berjumlah 1000-an tentunya akan sulit diamati secara detail.
Kuncinya untuk mempermudah hal tersebut seringkali calon penulis akhirnya
membagi penerbit dalam istilah Penerbit Mayor dan Penerbit Minor. Hal ini
semata untuk memudahkan saja dalam mengidentifikasi penerbit
Penciri penerbit
mayor dan minor semakin kentara dalam pemilihan kode nomor ISBN, unuk
mempermudah skala produksi masing-masing penerbit. Dan hal ini digunakan oleh
lembaga DIKTI untuk memberikan penilaian tersendiri terhadap penerbit tersebut.
Kita sebagai
calon penulis dapat melihat pula histori hasil terbitan masing-masing penerbit
untuk dapat memutuskan kemana calon terbitannya ditawarkan ke penerbit.
Apabila kita
mempunyai tulisan fiksi, penerbit yang memang kuat di pasar buku fiksi,
sehingga kita bisa mengirimkan naskah ke sana, jangan keliru mengirimkan naskah
ke penerbit yang lebih kuat di Non Fiksi.
Langkah mudah
untuk pengenalan awal penawaran tulisan kita, adalah dengan membuat semacam
proposal penawaran penerbitan buku terlebih dahulu. Proposal ini dapat kita
kirimkan ke e-mail penerbit penerbit yang menjadi sasaran kita sekalian.
Isi proposal
meliputi:
1. Judul
Utama Buku
2. Sub
judul jika diperlukan (sub judul ini memberikan penciri tersendiri untuk
mempermudah pencarian tema) Biasanya judul utama dapat sama dengan judul-judul
yang ditulis oleh penulis lain, sub judul ini sebagai ciri khas dari tulisan kita
sekalian.
3. Outline
lengkap naskah kita, dalam bentuk Bab-bab dan sub bab yang jelas hirarkinya
4. Target
pasar sasaran tulisan kita, misalnya buku ini untuk guru, murid, atau orang
tua, atau tulisan umum semua lapisan masyarakat
5. Tulislah
Curiicullum Vitae kita dalam bentuk narasi. Ini sangat penting untuk melihat
kepakaran kita di bidang apa, atau menonjol di bdang apa. Hal ini digunakan
oleh bagian pemasaran untuk melihat besarnya potensi calon pembaca penulis
tersebut.
Setelah
lengkap ke-5 hal tersebut, akan lebih afdol lagi jika kita sekalian menyertakan
satu bab sampel. Satu bab sampel ini akan ditelaah oleh bagian editorial, untuk
melihat gaya penyampaian kita sekalian. Untuk melihat pemilihan kata (diksi)
kalimat yang kita pilih, serta gaya penyampaiannya.
Untuk
tema-tema tertentu gaya penyampaian ini sangat diperlukan, tujuannya untuk
dapat menggaet pembaca. Setiap pembaca mempunyai kecenderungan menyukai gaya
tertentu dari penulisnya. Misalnya penulis menggunakan kalimat-kalimat aktif
akan lebih banyak disukai oleh pembacanya dibanding dengan kalimat-kalimat
pasif.
Kita
juga tanpa sadar akan lebih banyak menggunakan kalimat pasif, karena saat kita
skripsi, tesis, hingga disertasi 100 persen menggunakan kalimat pasif. Berbeda
dengan gaya penyampaian di Buku yang lebih powerfull jika menggunakan kalimat
aktif.
Setelah
itu jangan sungkan-sungkan kita kirimkan ke beberapa penerbit, supaya dibaca
oleh editor atau redaktur penerbit. Rata-rata penerbit memperlakukan proposal
penerbitan buku kita sudah selayaknya naskah atau bakal buku yang akan terbit.
Sehingga akan melalui beberapa reviu, dari proposal yang kita tawarkan.
Di
dalam Undang-undang perbukuan, tahap ini telah dibuat aturannya, sehingga
setiap penerbit memang telah terstandardisasi mengikuti perundangan dari
pemerintah tentang Naskah dan Buku.
Tahap yang
penting selanjutnya adalah tahap cek plagiasi, yang dilakukan oleh editor
bahasa. Tahap ini akan meneliti seberapa besar kita melakukan plagiasi terhadap
tulisan lain. Cek plagiasi bisa dilakukan menggunakan aplikasi dan secara
manual oleh editor-editor kami yang berpengalaman. Hasil dari cek plagiasi
berupa laporan derajat plagiasi, yang sebenarnya secara detail dilakukan saat
telah diterimanya naskah untuk diterbitkan.
Jika terjadi plagiasi di atas batas ambang
yang kita tentukan, naskah akan dikembalikan untuk dimohonkan dilakukan revisi.
Plagiasi ini meliputi teks dan gambar yang disadur tanpa memberikan sumber yang
jelas. Sebaiknya kita sekalian jika menulis naskah, selalu cantumkan sumbernya
untuk naskah non fiksi. Sedangkan naskah fiksi, tidak diperlukan sumbernya.
Langkah akhir
yang tidak kalah pentingnya, adalah membuat resume, abstrak, atau calon sinopsi
buku. Yang biasanya diletakkan di back cover buku. Sinopsis sebaiknya ditulis
oleh penulisnya sendiri, jangan serahkan ke penerbit, karena penerbit biasanya
tidak menguasai dengan detail materi.
Setelah buku dinyatakan diterima, jangan berhenti sampai di sini. Carilah endorsmen-endorsemen dari tokoh-tokoh yang dianggap mumpuni di bidangnya atau pejabat masyarakat yang dikenal, artis, dan lain-lain yang mempunyai follower atau massa banyak. Hal ini lebih ke strategi pemasaran buku ke depannya. Dengan mengendorse para tokoh harapannya buku akan laku di pasaran dan syukur kalau bisa menjadi best seller.
Simpulan yang disampaikan narasumber, bahwa penerbit memerlukan informasi lengkap tentang materi yang akan ditawarkan kepadanya, memberikan penjelasan dengan cukup sehingga dapat meyakinkan materi naskah anda layak untuk dibaca dan dikonsumsi sejumlah besar calon pembaca. Tanpa clue petunjuk yang memadai dari penulis, penerbit bisa salah dalam mengambil keputusan. Sehingga jangan sia-siakan kesempatan anda untuk dikenal oleh calon pembaca yang menunggu tulisan-tulisan mencerahkan yang akan hadir setiap masa.
Oke, komentator pertama. Secara umum, jarang ada kesalahan penulisan. Tetap semangat ya!
BalasHapusMtr suwun p ketua atas motivasinya
HapusMata saya kok agak kesulitan baca yah..sprti gk nyaman gtu antara backround dan warna tulisan. Wah harus periksa mata. Hehe
BalasHapusSecara umum tulisan mantap pak
Siap p Didi, iseng tk buat model seluler jadinya kayak begini
Hapusmantul mas Ubay. Layoutnya ganti lagi ya?
BalasHapusIy p biar dbaca enak
BalasHapus