Sang Kurator dari Bali

 



Narasumber: Rita Wati, S.Kom (Bali)

 

Untuk menjadi sukses memang harus melalui berbagai macam rintangan. Sebagaimana yang saya alami saat menulis resume ke-21 ini. Saya telah melewati resume ke-19 dan ke-20 karena harus mengalami kenyataan yang cukup menyakitkan. Ketika mendekati garis finish tugas meresume pelatihan menulis saya mendapat cobaan ibuku terkonfirmasi positif covid-19. Mau tidak mau saya harus mengurusi pengobatan ibu.

Setelah melewati berbagai macam pertimbangan akhirnya ibuku harus diisolasi di Rumah Sakit Dr Soeselo Slawi. Ibu harus dirawat karena kondisi klinisnya buruk. Gejala seperti batuk, sesak nafas, dan tidak punya nafsu makan yang dialami ibu. Saya merasa lega setelah ibu bisa dirawat, karena saat itu semua rumah sakit penuh pasien covid-19. Saya pun harus merelakan melewati tugas ke-19 dan 20.

Namun setelah hampir sepekan menjalani isolasi di rumah sakit, kondisinya semakin baik. Semoga bisa segera sembuh dan kembali ke keluarga tercinta. Setelah melihat kondisi ibu membaik, saya mencoba untuk melengkapi tugas resume ini. Dan saya putuskan untuk mulai meresume pada kegiatan ke-21. Alhasil saya tidak bisa melakukan tugas resume ke-19 dan 20.

Adapun materi pada pertemuan ke-21 adalah sharing atau berbagai pengalaman dari seorang penulis buku dari Bali. Biasanya Bali terkenal akan seni, budaya, dan pariwisata. Namun, ada juga seorang penulis dari Bali. Beliau adalah Ibu Rita Wati, S.Kom. Dari namanya tidak menunjukkan sama sekali beliau orang Bali. Memang betul, Bu Rita, saya memanggilnya adalah orang Sumatra yang pernah mengenyam pendidikan di Yogyaakarta dan sekarang mengabdi di salah satu SMP di Bali.

Beliau menceritakan awal mula dirinya ingin menjadi penulis bahwa keinginan itu sudah terbesit sejak lama ketika menginjakkan kaki di Yogyakarta tahun 2001. Ketika itu teman sekos beliau telah menjadi seorang penulis. Melihat temannya aktif menulis, sudah terbesit keinginan ingin menulis. Akan tetapi ketika itu beliau tidak tahu mau mulai dari mana, dan akan menulis apa.

Karena kebersamaan beliau dengan temannya tersebut cukup sebentar karena sahabatnya memutuskan menikah muda, akhirnya keinginan tersebut beliau pendam. Tahun 2005 kembali terbesit  lagi keinginan menulis karena saat beliau kuliah sering diajak menjaga stand bazar buku. Sambil menjaga stand sambil membaca buku sehingga keinginan untuk menulis bangkit kembali.

Bu Rita mulai mencoba untuk menulis cerpen ala Bu Rita dan puncaknya ingin menulis novel hingga sudah di tulis sebanyak 80 halaman. Tetapi saat itu beliau malu menunjukkan tulisan kepada orang lain.  Masa-masa kuliah temannya sering meminjam komputer beliau. Oleh karena kekhawatiran tulisan beliau dibaca sama mereka akhirnya semua tulisan, beliau  beri password.

Begitulah ketidakpedean beliau saat itu. Karena tidak pernah percaya diri tulisan dibaca oleh orang lain, akhirnya beliau memvonis diri sendiri bahwa beliau tidak bakat menulis. Tahun 2005 blog mulai booming, sebagai mahasiswa komputer beliau juga memiliki keinginan untuk memiliki jejak digital. Akhirnya beliau membuat blog tetapi tahun itu ketika akan menggunakan internet kita masih harus ke warnet. Dan akhirnya blog yang beliau buat untuk pertama dan terakhirnya karena malas ke warnet.

Lama beliau tidak pernah memikirkan blog dan menulis, karena sudah merasa tidak berbakat akhirnya 2011 beliau kembali lagi membuat blog. Seperti keinginan semula ingin memiliki jejak digital. Bulan pertama beliau bisa memposting 6 tulisan, bulan berikutnya semakin berkurang 3 tulisan semakin lama kembali blog beliau abaikan.

Pada tahun 2013 kurikulum baru mata pelajaran TIK dihapus. Sebagai guru TIK beliau ikut galau sehingga ketika ada lomba English Essay  di UNDIKSHA dengan tema kurikulum 2013 beliau ikut menulis essay walaupun kemampuan Bahasa Inggris beliau tidak seperti guru Bahasa Inggris. Tetapi beliau percaya diri. Yang terpenting pada saat itu beliau bisa mengungkapkan uneg-uneg jika mata pelajaran TIK dihilangkan maka akibatnya siswa akan mengalami buta teknologi. Jika pun ada yang mampu menggunakan secara otodidak jumlahnya hanya terbatas.

Dalam lomba tersebut beliau tidak menyangka menjadi finalis, karena hampir semua peserta dari guru Bahasa Inggris. Itulah awal prestasi dalam menulis. Berikut tulisan essay beliau: https://teruslahmenulis.blogspot.com/2014/03/he-elimination-of-information.html

Itulah tulisan blog terakhir Bu Rita hingga benar-benar vakum sampai pandemi datang. Ibarat kata Omjay blog sudah penuh sarang laba-laba, ibarat rumah yang telah ditinggal hingga sekian lama. Hikmah dari pandemi akhirnya tahun 2020 bulan April inilah awal keaktifan beliau ngeblog

Beliau mulai mengaktifkan blog untuk mengisi materi tapi hanya bertahan 3 postingan kembali penyakit malas menghantui. Mulailah beliau mengikuti webinar pada tanggal 27 April 2020 dan kebetulan acara dibuka oleh Prof. Unifah Rosyidi, Ketua Umum PB.PGRI. Profesor Unifah menyampaikan jika ada pelatihan menulis peserta dari seluruh Indonesia dan menyinggung dari Provinsi Bali masih sedikit.

Saat itu beliau mulai tertarik untuk join di group Belajar Menulis yang dipelopori oleh Omjay. Padahal selama gelombang 1-10 beliau selalu mendapatkan link untuk join group menulis karena Omjay selalu membagikannya di Group E-learning Guru TIK Bali. Tapi beliau baru bergabung di gelombang 10.

Saat bergabung beliau sudah telat sehari. Bu Rita masih bingung ini group pelatihan lewat WA dan hanya membaca teks di siang hari pada saat bulan puasa. Sambil jalan melihat teman-teman memposting tulisan di group, beliau mulai mengerti jika setiap materi peserta harus meresume dan posting di blog masing-masing.

Alhamdulillah berkat belajar meresume di Kelas Belajar Menulis Bersama Omjay beliau menjadi aktif menulis resume walaupun bukan materi di kelas belajar sehingga hadiah buku, termos, souvenir lainnya mulai beliau dapati di acara lain.

Sambil berjalan akhirnya hingga kini beliau telah menerbitkan 2 buku solo, 1  calon buku duet bareng Prof. Eko yang Alhamdulillah sudah dinyatakan diterima tanpa revisi oleh penerbit Andi. Selain buku solo, juga 5 buku antologi yang 3 antologi beliau menjadi kurator yaitu the meaningfull true stories, Senandung Guru Jilid 1 dan 2.

Ketika mengikuti kelas belajar menulis beliau berpikiran seperti teman-teman yang baru belajar. Beliau berpikir memerlukan puluhan purnama agar bisa memiliki buku solo. Ternyata tidak sampai satu purnama pun bisa. Hal ini  beliau buktikan di buku “Merajut Asa”. Bu Rita hanya memerlukan waktu 3 minggu buku sudah terbit

Hal yang tidak terduga bagi beliau ketika Ibu Sri Sugiastuti atau Bu Kanjeng mengajaknya menjadi kurator. Pada saat itu beliau bertanya-tanya: “Apakah saya mampu?” Selama ini beliau hanya menulis dan sebelumnya belum mengenal Bu Kanjeng.

Ceritanya cukup unik pada saat itu beliau telah menyelesaikan resume sebanyak 20 narasumber. Beliau berpikir sudah cukup, akan tetapi Omjay menambah 10 pertemuan lagi pada saat itu. Tiga narasumber telah terlewati, termasuk bu Kanjeng. Di minggu berikutnya beliau mulai menulis resume kembali dan perlahan-lahan menulis ketertinggalan. Beliau scroll ke atas butuh perjuangan karena sudah tertimpa dengan ratusan postingan. Sampai-sampai beliau tidak tahu jika Bu Kanjeng pernah mengomentari blog beliau.

Demikian sharing pengalaman beliau. Yang perlu menjadi perhatian bagi kita yang tertarik dengan menulis adalah kita harus tetap berada di komunitas menulis. Karena dengan begitu semangat, motivasi kita untuk menulis tetap terjaga karena pengaruh dari rekan-rekan kita. Ibarat berteman dengan penjual minyak wangi kita akan kebawa juga wanginya.

Di akhir pertemuan ini, beliau mengutip kata-kata bijak dari RA. Kartini yang diketahuinya sejak SMP dan menjadi pedoman beliau selama ini .

Nothing is impossible in this world what we look upon today tomorrow may be accomplished fact

Tidak ada yang mustahil di dunia ini apa yang kita lihat hari ini, besok bisa menjadi kenyataan. Kesimpulan dari pertemuan ini sebagaimana diungkapkan narasumber adalah: “Jangan malu untuk menulis, tulislah apa yang akan kita tulis. Jangan takut salah dan tidak percaya diri. Sesungguhnya  setiap manusia mempunyai bakat terpendam. Hanya bagaimana cara kita untuk mengasah keterampilan dengan menjaga konsistensi untuk  menulis setiap hari.

 Semoga para peserta semakin semangat dalam membuat resume sampai bukunya terbit. Amin.

Komentar

  1. Semoga ibunda cepat sembuh ya Bu! Resumenya mantap cuman tulisannya kalau bisa dibesarkan dikit kasian yg Uda pada berumur agak gimana gitu bacanya he he

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. Resumenya mantaaap Pak...
    Semoga ibundanya lekas sembuh dan kembali ke rumah dengan bahagia...

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Koordinasi persiapan Resuffle Pengurus KKG PAI SD Kota Tegal

Menumbuhkan Budaya Literasi di Bulan Ramadan melalui Akram

Sepak Terjang sang Wartawan Bangkotan