Kata adalah Senjata

 



Mereka yang tidak berani membunuh ketakutan akan terbunuh oleh ketakutan.

Narasumber: Abdul Hakim Busro,M.Pd. (Bontang Kaltim)

Pelatihan Menulis perdana kita diajak oleh narasumber untuk bermain kata. Karena menurutnya kata adalah senjata. Jika kita bisa memainkannya dengan benar, maka dia akan menjadi senjata yang akan melindungi kita. Sebaliknya, jika kita tidak mampu menggunakannya dengan baik, kata akan membunuh kita. Lantas sebenarnya siapa narasumber yang mengisi sesi perdana ini. Beliau adalah Bapak Abdul Hakim Busro.

Bagaimana curriculum vitae beliau? Abdul Hakim Busro adalah guru Bahasa Indonesia di SMP Yayasan Pupuk Kaltim, Bontang, Kalimantan Timur. Prestasinya antara lain: Juara Lomba Kreativitas Guru dalam Pembelajaran Tingkat Nasional (2009, 2006), Juara Inovasi Pembelajaran Tingkat Kaltim, finalis nasional (2006), Juara Desain Kartu dan Ucapan Tahun Baru Hijriah Tingkat Nasional oleh Kantor Pos Indonesia, Penerima Penghargaan Guru Berjasa Kaltim (2010), Penerima Anugerah Kaltim Education Award (2010), Penerima Intel Education Award dalam Pemilihan Guru Berprestasi Nasional oleh Kemendiknas dan Intel Indonesia Coorporation (2010), Sepuluh Karya Terbaik National Competition of Technology Integration (NACTI, 2011), Juara 3 Olimpiade Guru Nasional (2018), Peserta Training Program in China University of Mining and Technology (CUMT, 2019), Juara 2 Lomba Memotivasi Siswa “Bangga Berbahasa Indonesia” Tingkat Kaltim dan Kaltara oleh Kantor Bahasa Provinsi Kaltim (2020), Juara 1 Lomba Vlog “Cerdas Berbahasa” Tingkat Kaltim dan Kaltara oleh Kantor Bahasa Provinsi Kaltim (2020), dan beberapa kejuaran bidang kepenulisan, foto, desain, dan olahraga.

Di awal perkuliahan Pak Hakim memulainya dengan menyampaikan quote: “Mereka yang tidak berani membunuh ketakutan akan terbunuh oleh ketakutan” siapa yang tidak berani mencoba sesuatu, maka dia tidak akan menjadi siapa-siapa. Mudah-mudahan kita bisa membunuh ketakutan sehingga akan menjadi lebih baik lagi. Kata adalah senjata. Karena dengan kata kita bisa memberikan cinta, dengan kata kita juga bisa memberikan luka, dengan kata juga kita bisa berkreasi dengan banyak hal, banyak kreatifitas untuk menulis puisi, cerita, buku. Oleh karena itu kita mulai dengan kata.

Membaca adalah gerbang utama sekaligus kunci pembuka bagi yang ingin menggenggam keberhasilan. Sejarah telah membuktikan orang-orang hebat lahir dari pembaca-pembaca hebat. Kalau kita ingin menjadi penulis, maka kuncinya adalah membaca. Sebagus apapun minat kita menulis, tetapi jika tidak diiringi dengan keterampilan membaca yang bagus, maka tulisan kita menjadi terbatas, membosankan, analisis dan cara pandang kita tentang materi yang kita tulis pun terbatas karena kita tidak mampu menjelaskan secara tepat. Kalau pun panjang pasti akan diulang-ulang dan itu tentu sangat membosankan.

Membaca akan menambah wawasan dan jumlah perbendaharaan kata (kosakata) yang terekam dalam memori kita. Jika kemampuan berbahasa kita untuk merangkai kata menjadi kalimat, paragraf, teks terbatas, maka bagi penulis pemula, jangankan untuk menulis satu lembar halaman buku, untuk memulai kalimat dengan kata-kata tertentu saja akan berpikir tepat atau tidak. Berbeda dengan orang-orang yang terbiasa membaca kosakata yang berjumlah ribuan, akan terekam manis di memori kita. Pada saat dibutuhkan, maka ia akan bisa kita panggil kembali.

Kosakata Aktif

Narasumber kemudian menyampaikan tentang kosakata aktif. Disebutkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) versi dan penjelasan tahun 2018, ada sekira 109.000 kata. Masalahnya dari ratusan ribu kata itu, ada berapa kata atau kosakata yang terekam di memori kita. Setiap orang mempunyai memori kata yang berbeda. Orang-orang yang terbiasa membaca dan digunakan untuk menulis atau bercerita, maka jumlah kosakatanya lebih banyak dibanding orang-orang yang tidak membaca.

Bagaimana cara mengaktifkan kosakata? Cara mengaktifkannya yaitu dengan membaca dan lebih banyak lagi untuk membaca. Kata-kata yang kit abaca aktif, maka suatu saat dibutuhkan akan keluar. Untuk menjadi penulis yang baik, kita harus mengaktifkan lagi kosakata lebih banyak lagi. Karena penguasaan kosakata berimplikasi positif bagi keterampilan menulis dan berbicara. Membaca dapat membuat otak tetap aktif dan bereaksi untuk melakukan fungsinya secara baik. Membaca dapat memperkuat kemampuan berpikir dan menganalisis. Sengaja narasumber memulainya dengan "kata" karena semua tulisan akan berawal darinya. Menguasainya dengan baik adalah kunci untuk melanjutkan langkah-langkah berikutnya.

Ketika kita bertemu dengan orang-orang yang suka membaca kemudian kita meminta mereka untuk menulis atau berbicara, tentu tidak semua akan bisa berbicara dengan baik. Karena menulis, mendengar, dan membaca merupakan keterampilan yang harus dilatih. Menulis tidak harus dengan kosakata yang sulit. Tetapi sebuah tulisan dengan variasi kosakata yang banyak itu akan memberikan suatu relaksasi. Setiap orang yang membaca tulisan kita yang penuh dengan variasi kosakata akan menikmati bahkan akan mengapresiasi apa yang telah dituangkan dalam tulisan kita. Mereka merasa nyaman, tidak merasa bosan, dan tentu akan membaca sampai tuntas.



Membaca itu Rekreasi

Sebuah quote yang digaungkan narasumber kepada peserta didiknya tentang pentingnya membaca. Mengapa demikian? Apakah membaca bisa kita nikmati? Tentu ada alas an yang mendasari hal tersebut. Ada beberapa tulisan yang saat kita membacanya kata demi kata akan terasa membosankan. Namun ada juga yang kita bisa terhipnotis ketika membaca sebuah tulisan lainnya. Maka, ayolah kita aktifkan lebih banyak lagi kosakata yang kita punya dengan membaca. Membaca apa?

Kita tidak boleh hanya membaca satu hal saja. Kita harus membaca banyak varian buku. Kita bisa membaca buku tentang biografi seorang tokoh, para nabi, para wali, buku-buku keagamaan, buku novel, majalah, koran, tabloid dan yang pasti sebagai seorang muslim kita harus membaca kitab suci umat Islam yaitu Al Quranul Karim. Usahakan kita baca Al  Quran rutin setiap hari kapan pun dan di mana pun kita sempat. Dengan membaca Al Quran secara rutin dan istiqamah, tanpa terasa kita akan bisa menghafalkannya dan kita terbiasa mendengar kalimat-kalimat dari Al Quran.

Allah sendiri memerintahkan manusia untuk membaca. Bahkan wahyu yang pertama turun adalah perintah untuk membaca, yaitu surat Al Alaq ayat 1 s.d. 5. Berikut bunyi wahyu yang pertama kali turun kepada Nabi Muhammad SAW:

 


Dari ayat tersebut Allah memerintahkan Nabi Muhammad SAW dan umatnya untuk selalu membaca. Membaca yang dimaksud ayat di atas adalah Allah memerintahkan manusia membaca (mempelajari, meneliti, dan sebagainya) apa saja yang telah Ia ciptakan, baik ayat-ayat-Nya yang tersurat (qauliyah), yaitu Al Quran, dan ayat-ayat-Nya yang tersirat, maksudnya alam semesta (kauniyah). Membaca itu harus dengan nama-Nya, artinya karena Dia dan mengharapkan pertolongan-Nya. Dengan demikian, tujuan membaca dan mendalami ayat-ayat Allah itu adalah memperoleh hasil yang diridai-Nya, yaitu ilmu atau sesuatu yang bermanfaat bagi manusia. Ketika kita bisa membaca Al Quran dengan baik, maka kita bisa berekreasi dengan bacaan kalam Ilahi yang sangat indah.

Itulah beberapa hikmah membaca. Hikmah lainnya adalah dengan membaca semua hal, wawasan kita tidak terbatas pada satu hal saja. Saat menulis kolaborasi, sinergi antara semua hal yang pernah kita baca akan menjadi sebuah tulisan yang mantap. Ayo budayakan membaca dan menulis, pasti kita akan mendapatkan hasil yang tidak pernah kita duga sebelumnya.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Koordinasi persiapan Resuffle Pengurus KKG PAI SD Kota Tegal

Menumbuhkan Budaya Literasi di Bulan Ramadan melalui Akram

Muflihul Huda resmi menjadi ketua KKG PAI Kota Tegal