Wonder Woman dari Bekasi
Narasumber: Dra. Betti Risnalenni, MM (Bekasi)
Menjalankan
dua profesi sekaligus merupakan perkara yang tidak mudah. Seseorang harus mampu
mengelola manajemen waktu dan skala prioritas agar profesi ganda dapat berjalan
dengan seirama. Banyak orang yang mampu melakukan hal ini, tetapi tidak sedikit
pula orang yang harus mengorbankan salah satu profesinya tersebut dan
memfokuskan pada satu profesi yang ditekuninya. Adalah Dra. Betti Risnalenni,
MM, sosok perempuan tangguh dan seorang wonder woman (kalau boleh saya
mengatakan beliau) yang mampu menjalankan dua profesi dalam waktu yang
bersamaan. Semula Ibu Betti, panggilan akrab beliau, menjalani profesi sebagai
guru di SD Insan Kamil Bekasi. Namun karena tertantang untuk mencoba sesuatu
hal lainnya, Ibu Betti mencoba peruntungan menjadi pedagang. Bagaimana Ibu
Betti berproses dari guru kemudian menjadi pengusaha sekaligus guru? Ibu Betti
menceritakan semua pengalamannya kepada kami peserta pelatihan menulis.
Ibu
Betti menyampaikan bahwa setiap guru mempunyai peluang yang sama untuk menjadi
pengusaha, karena mempunyai pangsa pasar yang banyak. Mulai dari murid, orang
tua siswa, teman sejawat, teman organisasi profesi dan lain sebagainya. Awalnya
beliau memulai berjualan sejak membuat kursus aritmatika pada tahun 1996. Yang
dimaksud berjualan di sini adalah berjualan materi, tutur beliau.
Ibu
Betti lantas membuat buku aritmatika dan menjualnya sendiri dengan mengadakan
pelatihan-pelatihan. Pada tahun 1998 usaha Ibu Betti sudah memiliki 24 cabang
di Bekasi, belum termasuk di daerah lain. Pada tahun 2003, usaha beliau
bertambah dengan mendirikan TK dan TPQ. Dan pada tahun 2004 masuk menjadi guru
SD. Ini semua adalah jenis-jenis usaha meskipun non-profit oriented, usaha yang berorientasi bukan mencari
keuntungan.
Sampai
sekarang beliau masih tetap eksis menjadi guru SD. Namun faktor usia yang
semakin tua, beliau mulai mengurangi kegiatan di sekolah dan mulai membuka
usaha kedai di samping rumah. Kemudian adanya pandemi covid-19 yang meluluh
lantakkan semua sendi kehidupan manusia, menjadikan usaha kedai yang baru
dirintisnya mengalami kemacetan yang sangat berdampak. Meskipun demikian
keadaannya, Ibu Betti tetap bersyukur kepada Allah karena Pemerintah Kota
Bekasi dan pemerintah pusat masih memperhatikan pelaku usaha UMKM. Pemerintah
mengadakan berbagai macam pelatihan UMKM dan Ibu Betti dapat mengikuti
pelatihan tersebut secara gratis. Berkat usaha yang sungguh-sungguh produknya
sudah mendapatkan izin PIRT dan sertifikat halal dari MUI.
Beliau
memilih membuka usaha sendiri beralasan dengan membuka usaha sendiri kita bisa
memilih ide dan keinginan sendiri walaupun
harus bekerja lebih keras. Kita buat situasi kerja yang enak dengan
rekan kerja. Sedangkan di sekolah, kita anggap semua rekan kerja seperti
saudara sendiri. Jadi bisa saling membantu dan berbagi. Perselisihan atau
perbedaan pendapat pastilah ada dan dapat segara diatasi. Ibu Betti menjadi
bagian dari sekolah sejak tahun 2003 karena diajak bekerja sama oleh salah satu
cabang aritmatika. Namun kerjasama hanya berjalan 3 bulan karena menurut
penuturan temannya, kerjasama tersebut tidak menguntungkan. Walaupun demikian,
beliau tetap tidak berpisah dengan sekolah. Karena di lingkungan sekolah dapat
bertemu dengan banyak orang dan banyak kegiatan yang dapat menambah wawasan.
Memang
dilema menjalani rangkap jabatan sebagai guru dan pedagang. Satu sisi seorang
guru dituntut harus professional dengan berbagai kompetensi yang harus
dimiliknya. Di sisi yang lain, sebagai guru non ASN yang notebene gaji yang
diterimanya setiap bulan masih di bawah guru ASN, Ibu Betti harus memutar otak
bagaimana cara untuk mewujudkan profesionalitas sebagai guru. Menurutnya agar
hal tersebut terwujud, guru harus “kaya”. Salah satu upaya agar kaya adalah
menjadi pedagang. Karena dengan berdagang seseorang bisa menentukan sendiri
berapa materi yang akan didapat dari usahanya tersebut. Ibu Betti memilih
menekuni usaha berdagang bermula dari kecintaannya menulis. Dan menulis pun
bisa dijadikan uang. Beliau menulis buku dan berkeliling memberikan pelatihan
kepada anak-anak. Salah satu bukti keberhasilannya sebagai guru adalah salah
satu muridnya saat ini menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI yaitu Bapak
Nadiem Anwar Makarim. Nadiem diajar Ibu Betti ketika kelas IV di SD Al lzhar Pondok Labu Jakarta.
Untuk
memulai usaha berdagang harus mempunyai mental yang kuat. Ini sebagai pondasi
dah harus kuat, karena tentu di tengah perjalanan akan banyak rintangan dan
hambatan yang dialami. Sementara modal bisa kita usahakan dengan berbagai macam
cara. Kalau mau usaha tetapi menunggu modal, maka tidak akan pernah jadi usaha
tersebut. Jadi apa yang dilakukan Ibu Betti sungguh luar biasa. Di samping
menjadi guru yang mendidik para murid, menulis buku juga harus berfikir untuk
menjalankan usaha sebagai pedagang. Yang terpenting baginya adalah bisa
mengatur waktu dengan membagi skala prioritas, yaitu urusan rumah tangga paling
utama, mengajar baru berdagang. Beliau pun menikmati apa yang dilakukannya saat
ini.
Perasaan
minder menghantui Ibu Betti karena tulisan yang dibuatnya masih biasa-biasa
saja. Sementara teman-teman komunitasnya sudah menjadi penulis yang produktif.
Tetapi beliau tetap berharap suatu saat akan berkonsentrasi dalama dunia tulis
menulis. Meskipun demikian, beliau sangat antusias dalam dunia literasi.
Sebagai buktinya saat ini beliau mempunyai 2 (dua) Taman Bacaan Masyarakat
(TBM, yaitu TBM Insan Kamil dan TBM Kartini Kreatif.
Apa
yang dilakukan oleh Ibu Betti pernah saya alami ketika masih menjadi guru
honorer di MI sekira tahun 2005 s.d. 2010. Saat itu honor yang saya dapat dari
mengajar hanya Rp 300.000,00. Jumlah yang dibilang masih sangat jauh dari
cukup. Namun karena saat itu saya masih berstatus bujangan alias belum
berkeluarga, jadi saya anggap cukup. Seiring bertambah usia, saya mulai
memikirkan bagaimana cara menambah penghasilan selain sebagai guru. Tak lama
tawaran datang dari pengurus TPQ dan MDA untuk menjadi tenaga pengajar di kedua
lembaga tersebut. Akhirnya saya terima tawaran tersebut. Jadi sore hari saya
mengajar di TPQ, malamnya saya mengajar di MDA. Dalam sehari saya full mengajar
dari pagi sampai malam.
Selain mengajar saya juga meneruskan usaha almarhum bapak yaitu persewaan layos dan kursi untuk kebutuhan hajatan. Ketika ada orang yang menyewa, saya beserta tetangga memasang layos di tempat penyewa. Kerap kali saya ketemu murid di tengah jalan saat saya menarik gerobag atau becak membaca barang-barang sewaan tersebut. Sesaat memang malu, tapi ketika usaha itu halal mengapa harus malu. Toh itu punya sendiri dan menghasilkan uang yang lumayan untuk menambah penghasilan pribadi. Rasa-rasanya apa yang ditekuni Ibu Betti tidak jauh beda dengan apa yang pernah saya alami 15 tahun silam. Hanya yang berbeda, Ibu Betti menekuni bidang pendidikan dan kuliner, kalau saya menekuni bidang pendidikan dan jasa.
Demikian
kisah inspiratif Ibu Betti Risnalenni yang sangat menginspirasi kita semua. Ibu
Betti seorang perempuan tangguh yang mampu menjalani profesi sebagai guru,
pedagang, juga seorang ibu rumah tangga dengan baik. Berkat ketangguhannya
mampu menghasilkan seorang muridnya menjadi menteri. Rasanya tak salah kalau
saya menyebutnya Wonder Woman dari Bekasi.
Bagus pak saya suka resumenya
BalasHapusmantaap resumenya berisi
BalasHapusMantaaap resumenya pak...
BalasHapusPertahankan dan kembangkan Mas Ubay...salam literasi sepanjang masa.
BalasHapusTerimakasih p kris atas motivasinya
HapusResume bagus dan lengkap.
BalasHapusResumenya keren, Pak Ubed. Sekadar masukan kiranya bisa dielaborasikan dengan pengalaman pribadi. Rasanya akan lebih mantap. Tabik. 🙏
BalasHapusYa siap p Domo nti elaborasikan dgn pengalamanku, tp mgkn tdk dgn jdi pedagang. Sy punya pengalaman jdi guru disambi jadi tukang pasang layos
Hapustersusun rapih..
BalasHapussaya ingin bisa menulis dengan paragraf menjorok kekanan seperti tulisan bapak, gimana itu?
Saya ketik dulu pake ms.word baru tk salin ke blogger
HapusSoal isi materi, waduh mantap. Tapi berhubung saya pengguna hp, akan lebih nyaman kalau menggunakan versi mobile. Saya tidak perlu geser-geser karena saya agak repot baca kalau tulisannya kecil. Hehe
BalasHapusAfwan
Gitu y, y nti tk coba versi mobile ky apa bentuknya
BalasHapusPak Ubay, good job banget
BalasHapusKeren pak.
BalasHapus